Rabu, Desember 10, 2008

Jalanku, Permadani Jelata nan Koyak

Seperti biasa saban hari aku menyusuri jalanan Bekasi - Jakarta menuju kantor dari hunianku.
Tanpa bisa protes, meski kendaraanku dibuat kelu kaki-kakinya, tetap aku melaju dan meliuk-
liuk di atas permukaan jalan halus tapi bopeng-bopeng di sana-sini. Berbahaya dan
menjengkelkan sekali! Pernah kudengar ada motor terjungkal, nungging dan pengendaranya
tewas akibat telat antisipasi lobang di depannya.

Maaf-maaf saja, kalau setiap menyusuri jalan nan koyak tersebut setiap pagi sore, aku sampai
tega mengumpat dalam hati ke pemerintah daerah setempat karena tidak tanggap memberesi
masalah klasik jalanan bopeng tersebut. Kalaupun ada perbaikan, selalu menunggu lama sampai
masalahnya menumpuk (semoga bukan karena ada niatan menumpuk cash-flow anggaran).

Kenapa sih pembangunan jalan tidak diperhitungkan langsung kokoh? Kenapa sih setiap periode
tertentu, lagi-lagi ada kerepotan perbaikan jalan yang selain pemborosan, juga menambah
masalah kemacetan di sana-sini? Eit, apakah justru aku yang keliru, perbaikan jalan yang
rutin bukanlah pemborosan karena Pemda selalu ada obyekan proyek!

Sebelum tulisan ini ku selesaikan, aku masih kepikiran kenapa teknologi hot-mix jalan tidak
bisa mengatasi beban kendaraan-kendaraan yang lalu-lalang hingga jadi bopeng-bopeng gitu?
Kucoba jawab sendiri tanpa pengetahuan ilmu sipil jalan; mungkin karena lapisan halus
hot-mix nya 'sengaja' dibuat tebal tanpa pijakan struktur kerikil/batu besar (layaknya struktur
jalan 'makadam' seperti yang kutahu ketika KKN dulu) dan air hujan yang tidak mendapatkan
saluran yang terintegrasi menggenang di sana-sini dan menggerogotinya hingga bopeng-bopeng.
Aduh menyedihkan sekali jalanku, permadani rakyat jelata koyaklah senantiasa...

Tidak ada komentar: